Jumat, 11 Maret 2011

Tugas SMK Al-Falah Kls X ( Frasa )

B. Frasa dan Macamnya
      Frasa adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi kalimat.

Frasa adalah bagian kalimat yang terbentuk dari dua kata atau lebih yang hanya menduduki satu fungsi atau jabatan di dalam kalimat. Di  dalam kalimat terdapat subjek (S), predikat (P), objek (O), keterangan (K), dan pelengkap (pel).
Contoh :
- Dokter membaca buku.
S P O
- Dokter muda sedang membaca buku cerita.
S P O
- Dokter muda ganteng sedang asyik membaca buku cerita komik.
S P O
Pada contoh di atas, kata dokter dapat diperluas menjadi dokter muda, dokter muda ganteng, tapi tetap menduduki satu fungsi di dalam kalimat yaitu, subjek. Demikian pula dengan membaca, diperluas menjadi sedang membaca dan sedang asyik membaca tetap berkedudukan sebagai predikat
Begitu juga pada kata buku, diperluas menjadi buku cerita dan buku cerita
komik tetap berkedudukan sebagai objek.
Frasa dibedakan atas:
1. Frasa nominal: frasa yang unsur pusatnya kata benda.
Contoh :            - kamar anak
- buku gambar
2. Frasa verbal: frasa yang unsur pusatnya kata kerja.
Contoh : - sedang tidur
    - telah belajar
3. Frasa adjektival: frasa yang unsur pusatnya kata sifat.
Contoh: - cukup pintar
    - agat lambat
4. Frasa adverbial: frasa yang unsur pusatnya kata keterangan.
Contoh: - pagi sekali
   - sangat tekun
5. Frasa preposisional (kata depan): frasa yang terdiri dari unsur kata depan dan kata benda.
       Contoh: - di kota
              - dari kantor

C. Memanfaatkan Kelas Kata dalam Menyusun
Perincian pada Kalimat
Sering kita menemukan kalimat yang kurang efektif. Apalagi kalimat tersebut berbentuk kalimat majemuk yang menggunakan banyak unsur  keterangan atau berbentuk perincian. Untuk menyusun kalimat seperti ini dan agar mudah dipahami, kita harus berpedoman pada ciri kalimat efektif.
Ciri-ciri kalimat efektif antara lain adalah adanya kesejajaran bentukan
kata dan penghematan dalam penggunaan kata. Yang dimaksud dengan  kesejajaran adalah kesamaan pilihan bentukan kata pada kalimat luas yang berisi perincian. Jika bentukan kata pertama berupa kata benda (nomina), kata berikutnya harus berbentuk kata benda. Jika kata pertamanya berbentuk kata kerja (verba), kata berikutnya dan seterusnya berbentuk kata kerja. Pemahaman terhadap kelas kata dapat memudahkan kita menyusun kalimat yang berisi pemerian agar tetap efektif.
Contoh:
1.a. Proses pendaftaran masuk SLTA dari SLTP dimulai dengan diserahkannya tanda kelulusan lalu mengambil dan mengisi formulir dan tinggal mengamati hasilnya setiap hari.
Menjadi:
1.b Proses pendaftaran masuk SLTA dimulai dengan penyerahan tanda kelulusan dari SLTP, lalu pengambilan serta pengisian formulir, dan pengamatan pada pengumuman hasilnya setiap hari.
2.a. Kamu boleh tinggal di rumah ini dengan sewanya dibayar setiap bulan
atau kaubisa membelinya dengan harga yang telah disepakati. Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Semenjana Kelas X 183
Menjadi:
            2.b. Kamu boleh menempati rumah ini dengan membayar sewanya setiap bulan atau kaudapat membelinya dengan harga yang telah disepakati.
          3.a. Hati-hati berbelanja di mall, sering terjadi kecopetan, penodongan, dan perampokan.
Menjadi:
        3.b. Hati-hati berbelanja di mall, sering terjadi pencopetan, penodongan, dan perampokan.
        4.a. Untuk menjadi siswa teladan, seseorang dituntut rajin, tekun, tidak ceroboh dan tak mudah putus asa.

Menjadi:
         4.b. Untuk menjadi siswa teladan, seseorang dituntut rajin, tekun, teliti, dan optimis.
Selain kesejajaran, dalam menyusun kalimat efektif juga diperlukan kehematan penggunaan kata. Kata-kata yang sama dan diulang-ulang dapat dibuang atau diganti dengan kata yang sejenis dan semakna sepanjang tidak mengubah pengertiannya. Umpamanya, untuk menghemat pengulangan
nama orang/kita dapat menggunakan bentuk pronomina persona (kata ganti orang).
Contoh :
Pak Muhidin beserta anaknya tak dapat lagi berjualan di pinggir jalan  protokol setelah barang dagangan
Pak Muhidin dan anaknya terkena razia petugas.
Pak Muhidin tidak putus asa bersama anaknya, penjual pakaian  jadi itu berjualan keliling kampung.
Menjadi:
Pak Muhidin beserta anaknya tak bisa lagi berjualan di pinggir jalan protokol setelah dagangan   mereka terkena razia petugas pamong praja.
Ia tidak putus asa. Bersama anaknya, ia berjualan pakaian jadi keliling  kampung.

RANGKUMAN
A. Kelas Kata
Dalam kalimat, kata memiliki kedudukan atau jabatan  sebagai subjek, predikat, objek, dan keterangan. Kata juga dapat  dikelompokkan ke dalam kelas kata kerja (verbal), sifat (adjektiva),  keterangan (adverbia), benda (nomina), ganti (pronomina),  bilangan (numeralia), serta tugas.
B. Frasa dan Macamnya
Frasa dibedakan atas:
1. Frasa nominal: frasa yang unsur pusatnya kata benda.
2. Frasa verbal: frasa yang unsur pusatnya kata kerja.
3. Frasa adjektival: frasa yang unsur pusatnya kata sifat
4. Frasa adverbial: frasa yang unsur pusatnya kata keterangan.
5. Frasa preposisional: frasa yang terdiri atas unsur kata depan dan kata benda


C. Memanfaatkan Kelas Kata dalam Perincian pada Kalimat
Pemahaman kelas kata dalam menyusun kalimat yang berisi  pemerian bertujuan untuk kesejajaran kata bentukan, penghematan  kata, serta ketepatan pemakaian kata.
1.       Bacalah wacana di awal bab ini.
Daftarkanlah kelas kata yang terdapat   dalam bacaan tersebut.
       2. Carilah kalimat yang berisi perincian, koreksilah. Jika kurang efektif perbaikilah dengan memanfaatkan kelas kata.
      3. Buatlah dua kalimat yang berisi perincian dengan memerhatikan kesejajaran dan kehematan penggunaan katanya.

Jumat, 25 Februari 2011

Tugas SMK AL-Falah Kls XI

A. Pengertian Parafrasa
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, parafrasa adalah seperti berikut.
(1) Pengungkapan kembali suatu tuturan dari sebuah tingkatan atau macam bahasa menjadi macam yang lain tanpa mengubah pengertiannya.
(2) Penguraian kembali sebuah teks (karangan) dalam bentuk (susunan kata-kata) yang lain, dengan maksud untuk dapat menjelaskan makna yang tersembunyi.
Parafrasa mengandung arti pengungkapan kembali suatu tuturan atau karangan menjadi bentuk lain namun tidak mengubah pengertian awal. Parafrasa tampil dalam bentuk lain dari bentuk aslinya, misalnya sebuah wacana asli menjadi wacana yang lebih ringkas, bentuk puisi ke prosa, drama ke prosa, dan sebaliknya. Parafrasa cenderung diuraikan dengan menggunakan bahasa si pembuat parafrasa bukan diambil dari kalimat sumber aslinya apalagi membuat parafrasa secara lisan. Memparafrasakan suatu tuturan atau karangan secara lisan bisa dilakukan setelah mendengar tuturan lisan atau setelah membaca suatu naskah tulisan. Hal itu lazim dilakukan oleh orang yang sudah terbiasa membuat parafrasa. Untuk mereka yang baru dalam taraf belajar, langkah membuat parafrasa ialah dengan cara meringkasnya terlebih dahulu.
Namun, harus diingat parafrasa disusun dengan bahasa sendiri, bukan dengan bahasa asli  Penulis.
B. Cara Membuat Parafrasa
Berikut adalah hal yang perlu dilakukan untuk membuat parafrasa dari sebuah bacaan.
(1) Bacalah naskah yang akan diparafrasakan sampai selesai untuk memperoleh gambaran umum isi bacaan/tulisan.
 (2) Bacalah naskah sekali lagi dengan memberi tanda pada bagian-bagian penting dan kata-kata kunci yang terdapat pada bacaan.
(3) Catatlah kalimat inti dan kata-kata kunci secara berurut.
(4) Kembangkan kalimat inti dan kata-kata kunci menjadi gagasan pokok yang sesuai dengan topik bacaan.
(5) Uraikan kembali gagasan pokok menjadi paragraf yang singkat dengan bahasa sendiri.
Agar lebih jelas perhatikanlah contoh di bawah ini.
Wacana asli
Masalah-masalah yang dihadapi di bidang pendidikan pada saat akan dimulainya pelaksanaan Repelita I adalah sangat berat dan mendesak.Di bidang kurikulum terasa sekali kebutuhan akan pembaharuan agarsistem pendidikan dapat memenuhi tuntutan pembangunan dan kemajuan. Di samping itu, terdapat ketidakseimbangan baik di antara berbagai tingkat pendidikan vertikal maupun di antara berbagai jenis pendidikan. Jumlah anak yang tidak tertampung di sekolah jauh lebih besar daripada jumlah anak yang bersekolah. Demikian pula jumlah anak yang putus sekolah (drop out) adalah jauh lebih besar daripada mereka yang berhasil menyelesaikan suatu tahap pendidikan. Sementara itu, tenaga-tenaga yang bekerja di bidang pendidikan baik teknis maupun administratif sangat kurang jumlahnya. Di samping itu, mutu keahlian tenaga-tenaga tersebut perlu ditingkatkan. Prasarana pendidikan seperti gedung dan ruang sekolah sangat tidak
mencukupi. Buku-buku sangat sedikit jumlahnya. Kecuali itu, sedikit sekali sekolah-sekolah yang mempunyai perpustakaan, alat-alat peragaataupun laboratorium dan tempat praktik.
Akhirnya, organisasi dan pengelolaan pendidikan dan kebudayaan di pusat maupun di daerah belum mencerminkan kerja sama yang serasi. Demikian pula belum ada sistem informasi pendidikan untuk keperluan perencanaan yang terarah. Wacana di atas dapat diparafrasakan sebagai berikut. Banyak masalah berat yang dihadapi pada awal Repelita I: masalah kurikulum, ketidak-seimbangan tingkat dan jenis pendidikan; penampungan murid dan masalah putus sekolah; kekurangan tenaga pendidikan, kurangnya mutu keahlian dan fasilitas; kurangnya kerja sama dan tiada sistem informasi.
Membuat parafrasa lisan berarti uraian tertulis yang telah dibaca atau yang telah idengar, diungkapkan kembali secara lisan dengan kalimat sendiri dengan menerapkan teknik membuat parafrasa sama seperti di atas. Teknik membuat parafrasa lisan adalah seperti berikut.
(1) Membaca informasi secara cermat.
(2) Memahami isi informasi secara umum.
(3) Menulis inti atau pokok informasi dengan kalimat sendiri.
(4) Mencatat kalimat pokok atau inti secara urut.
(5) Mengembangkan kalimat inti atau kata-kata kunci menjadi pokokpokok pikiran yang sesuai dengan tema/topik informasi sumber.
(6) Menyampaikan atau menguraikan secara lisan pokok pikiran tersebut dengan menggunakan kata atau kalimat sendiri.
(7) Jika kesulitan menguraikannya, hal di bawah ini dapat membantu:
(a) Gunakan kata-kata yang bersinonim dengan kata aslinya.
(b) Gunakan ungkapan yang sepadan jika terdapat ungkapan untuk membedakan dengan uraian aslinya.
(c) Ubahlah kalimat langsung menjadi tidak langsung atau kalimat aktif menjadi pasif.
(d) Jika berbentuk narasi, bisa menggunakan kata ganti orang ketiga.
C. Memparafrasakan Puisi Menjadi Prosa
Puisi merupakan salah satu karya sastra yang bentuknya tidak sama dengan prosa atau karangan biasa. Puisi terbagi ke dalam larik-larik atau bait. Pada puisi banyak terdapat kata-kata yang bermakna kias atau konotasi. Oleh karena itu, isi atau tema puisi biasanya tersirat. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memparafrasakan puisi menjadi prosa ialah seperti berikut.
(1) Bacalah atau dengarkan pembacaan puisi dengan seksama.
(2) Pahami isi kandungan puisi secara utuh.
(3) Jelaskan kata-kata kias atau ungkapan yang terdapat dalam puisi.
(4) Uraikan kembali isi puisi secara tertulis dalam bentuk prosa dengan menggunakan kalimat sendiri.
(5) Sampaikan secara lisan atau dibacakan.
Contoh parafrasa puisi
Menyesal
Pagiku hilang sudah melayang
Hari mudaku sudah pergi
Sekarang petang datang membayang
Batang usiaku sudah tinggi
Aku lalai di hari pagi
Beta lengah di masa muda
Kini hidup meracun hati
Miskin ilmu, miskin harta
Ah... apa guna kusesalkan
Menyesal tua tiada berguna
Hanya menambah luka sukma
Kepada yang muda kuharapkan
Atur barisan di hari pagi
Menuju ke arah padang Bakti
Puisi Baru, Ali Hasyimi
Setelah kita mendengarkan pembacaan puisi tersebut, dapat kita parafrasa sebagai berikut. Puisi “menyesal”, karya Ali Hasymi mengisahkan seseorang yang menyesali masa mudanya tidak dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Ia lalai dan lengah. Kini di hari tuanya, ia merasa miskin ilmu, miskin harta (tidak berilmu dan tidak mempunyai harta apa-apa). Ia merasa tidak ada guna menyesali diri. Akan tetapi, ia tidak berhenti dalam sesalnya. Ia bangkit dan mengajak generasi muda: atur barisan di hari pagi, menuju ke arah padang bakti.

D. Memparafrasakan Naskah Drama Menjadi Prosa atau Cerita
Naskah drama juga termasuk karya sastra memiliki ciri khas tersendiri. Naskah drama terdiri atas uraian cerita dan dialog, namun lebih banyak unsur dialognya. Dalam naskah drama, tokoh ditulis berjajar di sebelah kiri diikuti dengan percakapan tokoh tersebut. Sesekali terdapat penjelasan mengenai gerakan, perilaku, pikiran, atau perasaan si tokoh yang ditulis di dalam kurung. Memparafrasa naskah drama sama dengan puisi, yaitu kita harus membacanya untuk memahami jalan ceritanya secara utuh. Jika dalam puisi banyak terdapat simbol, pada naskah drama, kita harus memperhatikan unsur berikut.
(1) Pahami setting atau latar cerita.
(2) Pahami dialog dan ambil simpulannya secara menyeluruh.
(3) Pahami penjelasan tentang tokoh yang ada di dalam kurung.
Setelah mendapatkan kesan secara umum jalan cerita dalam naskah drama, uraikan kembali cerita drama ke bentuk prosa singkat dengan menggunakan bahasa sendiri. Bacalah naskah drama berikut!
Kudri sedang asyik memukul-mukul meja dengan irama dangdut. Yadi menarinari
di depan kelas. Rurin dan Mini duduk di bangku deretan paling depan. Mereka
berdua sedang belajar.
Rurin : (kesal) “Hentikan!”
Kurdi : (belagak bodoh) “Ha...?” (terus memukul-mukul meja guru lagi)
Rurin : (bangkit lalu menarik lengan Yadi seraya membentak) “Keluar
kau!”
Yadi : (keluar sebentar dan ketika mendengar Kurdi menabui meja lagi,
lalu masuk ke kelas dan menari-nari lagi) “Enak juga menari-nari
begini, ya Kur!”
Kurdi : “Asyi iiiiiik!”
Rurin : (membentak lagi sambil menutup kedua telinganya) “Hei....
berhenti!”
Kurdi : “Aaa ... pa! ” (makin keras menabuh meja). “Ayo kita ganti irama
jaipongan.”
Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya Kelas XI 119
Yadi : “Oke, oke !” (mulai menari lagi)
Kurdi : “Asy... asy...”
Yadi : “Asy i i i i i i i k!”
Mini : (agak terkejut) “Ooo..., rupanya kalian memang sudah
bersekongkol, ya?”
Kurdi : “Lho, kok ikut marah?”
Mini : “Kalian memang suka mengganggu!”
Kurdi : “Mengganggu?”
Mini : “Jangan tabuh meja itu! Kalau mau menari-nari dan tabuhtabuhan
sana di depan toko atau di pasar!”
Kurdi : “Hei, berlagak jago ya !” (menunjuk keluar). “Kalau mereka
boleh ribut, kenapa kami tidak boleh?”
Mini : “Sudahlah, Rin! Biarkan saja! Nanti kalau sudah bosan akan
diam sendiri!”
Rurin : “Berhenti atau tidak?” (mengancam)
Yadi : “Teruskan, Kur! Kita kan sedang istirahat.”
Kurdi : (berhenti menabuh meja, lalu berkacak pinggang menantang Rurin)
“mau apa?”
Rurin : “Jangan pukul begitu”.
Yadi : (memberi semangat) “Ayo, pukul saja, Kur!”
Rurin : “Heh, beraninya sama anak perempuan! Tak tau malu!”
Mini : “Sudahlah, tak usah ribut! Kita ini teman sekelas, bukan?”
Yadi : “Bagus Kur! Ayoh lawan saja”.
Mini : (setelah menatap Yadi, lalu kepada Kurdi) “Mereka bermain di
luar kelas tau”
Kurdi : “Ayo, kita mulai, Yad!” (menabuh meja lagi).
Rurin : (tidak sabar lagi. Bangkit mengambil penggaris, lalu mengancam)
“Kalian mau keluar atau tidak!”
Mini juga bangkit membantu Rurin, Kurdi didorong-dorong keluar. Sebuah
pukulan mengenai punggung Kurdi. Lalu, terjadi perebutan penggaris. Yadi
bersorak-sorak sambil bertepuk tangan. Suasa

Sabtu, 12 Februari 2011

Pengumuman

Ditujukan bagi siswa-siswi yang akan mengikuti remidial latih 1 semester 2 silakan tinggal di buka di Blog SMAN 18 Garut, blog Pak Ojat. Jawaban bisa dikrim lewat Email atau ke kantor

Jumat, 11 Februari 2011

REMIDIAL LATIHAN 1 SMESTER 2

1. Tulis sintematika Karya Ilmiah !
2. Buat skema duduk seminar !
3. Buat contoh notula rapat !
4. Jelaskan sudut pandang dia serba tahu !
5. Buat langkah-langkah penelitian !